Satu hal yang patut diapresiasi saat ini, adalah muncul dan
mulai berkembangannya wacana pedagogi kritis, termasuk di Indonesia, meskipun bisa
dikatakan percikan-percikan gugatan tersebut belumlah sepenuhnya membahana. Akan
tetapi, tak cukup hanya dalam bentuk apresiasi, tapi perlu didorong dan
didukung dalam berbagai hal.
Namun ada satu hal yang mengganjal, yang patut dijadikan
perhatian pula, yakni kehadiran dan ‘ketersediaan’ ilmu-ilmu yang berpradigma
kritis, saat ini belum juga memperlihatkan tanda-tanda kesuburan. Sebab kita
tahu, bahwa, tak cukup hanya dengan pedagogi yang berkarakter revolusiner, tapi
perlu kiranya dijembatani pula dengan corak ilmu yang berkarater revolusioner
pula. Sebab sungguh sangat ganjal rasanya, saat metode pedagogi kritis dipakai
justru untuk mewacanakan ilmu yang berkarater
penindasan. Begitupun sebaliknya, ilmu dengan berpradigma kritis justru
diajarkan dalam ruang-ruang pedagogi yang menindas. Saya rasa dua hal tersebut
adalah pekerjaan intelektual bagi kita bersama, menanti.
---------
Sinoposis Isi Buku:
Judul: Ideologi
Akuntansi Islam
Penulis: - Alimuddin
-
Muhammad
Ruslan
Penerbit: Rajawali
Pers
Tahun terbit: 2016
Orang-orang pergi ke
kuil mereka, demi menemui-Ku, betapa sederhana dan bodohnya
anak-anak-Ku, yang
berpikir bahwa Aku ada dalam pengasingan.
Mengapa mereka tidak
datang dan menemui-Ku, dalam prosesi kehidupan, dimana Aku
selalu hidup, di
tanah pertanian, pabrik dan pasar, dimana Aku mendorong mereka yang
mencari nafkah dengan
keringat di keningnya?.
Mengapa mereka tidak
datang menyambut-Ku, di gubuk-gubuk si miskin, dan
menjumpai-Ku dengan
memberi si miskin dan orang yang membutuhkan dan menghapus
air mata janda-janda
dan yatim piatu?, Mengapa mereka tidak datang menyambut-Ku di
antara orang-orang
tertindas?...
Aku yakin mereka
tidak pernah kehilangan diri-Ku, jika mereka berusaha menemui diri-
Ku, di dalam keringat
dan perjuangan hidup dan dalam air mata dan tragedi orang
miskin.
(Syair:
Khusdeva Singh, 1974) dalam buku, Bab 3, hal 41.
Karya sederhana ini sebenarnya merupakan wujud keresahan
penulis setelah bertahun-tahun bergelut dengan dunia akuntansi konvensional . Bermula dari keresahan itulah, hingga penulis tuangkan dalam bentuk
proposisi-proposisi yang berbentuk kalimat.
Tulisan ini mencoba mempersepsi akuntansi sebagai realitas disiplin
ilmu dalam kerangka paradigma teologi pembebasan. Secara metodologis merupakan
akumulasi pemikiran kritis dalam upaya dekonstruktif terhadap kemapanan
akuntansi konvensional, yang selama ini bertendensi kuat dengan kapitalisme. Teologi
pembebasan sebagai konsepsi dasar yang
mendasari akuntansi secara filosofis, berpijak dan berpangkal pada kesadaran
Tuhan. Meniscayakan pola dialogis dalam konstruksi teoritis doktrinal antara Islam sebagai ideologi, dengan akuntansi sebagai realitas disiplin ilmu.
Upaya membangun sebuah perspektif baru terhadap akuntansi
yang berdasar pada prinsip emansipatif, liberatif, humanis, ekologis, dan
berkesadaran transendental, dengan menerjemahkan makna-makna akuntansi dalam
kerangka filosofis teologi pembebasan. Elaborasi antara akuntansi dengan wahyu, dibangun dalam kerangka doktrinal
filosofis, yang melibatkan penyerapan makna secara ontologis, epistemologis,
metodologis, dan aksiologis, dalam bangunan struktur pengideologisasian Islam
dalam akuntansi. Dengan akan terciptanya bangunan ilmu akuntansi yang hidup, hudus, serta berkiblat pada khittahnya
sebagai risalah suci dalam menegakkan nama-nama Tuhan dalam laporan keuangan.
Dalam akuntansi konvensional dipersepsi, bukan hanya sebagai
gagasan yang bebas nilai, bukan pula sekadar pengetahuan instrumental (mencatat
dan melaporkan), melainkan di balik sebuah tampakan instrumental, tersimpan
jiwa yang lebih substansial, yakni nilai dan ideologi bersemayam di balik
pengaturan akuntansi.
Wujud perampasan hak serta ketidakadilan yang terjadi dalam
masyarakat, merupakan wujud bagaimana akuntansi memainkan peran ideologis dalam
menampakkan hak. Kuasa struktur akuntansi konvensional (kapitalisme) hadir
dengan taring yang menghisap kesadaran kemanusiaan. Mempertemukan interaksi
bisnis dalam pola-pola dominatif, dan menciptakan marginalisasi lewat laporan
keuangan.
Disinilah relevan dekonstruktif akuntansi Islam pembebasan,
setelah berelaborasi dengan konsep teologi pembebasan, merepresentasikan ideology
akuntansi Islam dalam memainkan perannya sebagai ajaran pembebas.
Upaya pembebasan secara ontologis, merupakan upaya filosofis
untuk menggagas kesadaran Tuhan dalam akuntansi sebagai hakikat dari realitas
itu sendiri, dengan menempatkan Tuhan sebagai pusat akuntansi.
Tinjauan metodologis, menerjemahkan makna tauhid sebagai
kesatuan realitas Tuhan, manusia dan alam, dalam bingkai kesadaran sistem. Ditempatkan
sebagai struktur yang memiliki kuasa dalam membentuk kesadaran agen.
Tinjauan epistemologis merupakan landasan dalam mempersepsi
realitas yang meliputi uraian makna kebenaran pengetahuan dalam pola
kemanunggalan, melibatkan terjemahan makna akal, rasa, dan karsa dalam
akuntansi.
Sedangkan tinjauan aksiologis, menekankan tafsir ideologis
dalam kerangka normatif. Aksiologis ini adalah sisi konkretisasi teoritis untuk
turun dalam ranah praktis, sebagai ideologi. Mengambil perannya, dalam
mewujudkan tatanan akuntansi yang berkeadilan. Akuntansi islam pembebasan hadir
untuk mendistribusikan nilai, yang selama ini tersumbat dan tertahan dalam dan
oleh akuntansi kapitalisme, dalam bentuk surplus value, yang menjadi sumber
penindasan.
Makna surplus value kemudian disucikan sebagai zakat yang
merepresentasikan hak masyarakat lemah, yang selama ini terpinggirkan dalam
peradaban akuntansi kapitalisme. Model pendistribusian hak menjadi dasar dalam
menciptakan jaringan kuasa altruisme dalam akuntansi, memengaruhi keseluruhan
realitas agen dan struktur-struktur social. Penyucian struktur akuntansi akan
mendorong penyucian realitas secara konstruk yang merepresentasikan pencapaian
nilai akuntansi islam yang bersandar pada Tuhan (falah), dengan menempatkan
akuntansi sebagai struktur manifestasi sifat Tuhan di muka bumi dalam
menampakkan yang hak dan batil (Tuhan Maha Mencatat). Untuk menegakkan
keadilan, menjaga keseimbangan alam dan social.
Penulis
------------
Sambutan atas buku:
“…perkembangan praktik selalu disertai dengan perkembangan
dialektika keilmuan, tak terkceuali akuntansi Islam. Buku ini mencoba memapakan
diskursus epistemologi yang sangat terstruktur dan mudah dipahami, bahkan bagi
pemula. Penempatan paradigm barat vis a vis paradigma tauhid, memberikan
kejelasan perbedaan fundamental, bahwa akuntansi Islam bukan sekadar teknik,
namun membawamu atas nilai, yang tidak sama dengan konsep value laden pada paradigma
modern barat.
Pendedahan pandangan Islam tentang kosmologi, menjadi titik
tolak diskusi epistemology dalam buku ini. Pandangan ini menjadikan paradigma tauhid
utuh, karena Tuhan, alam dan ilmu adalah kesatuan yang tidak terpisah. Buku ini
dengan gambang menjelaskan pula sejarah perpindahan paradigma, serta alasan-alasan
yang menjadi sebab mengapa paradigma yang utuh ditinggalkan demi modernitas dan
demi suburnya kapitalisme. Tampak usaha keras penulis untuk mengaitkan paradigma
tauhid ini dengan konsep ekonomi hingga akuntansi Islam.
Tidak hanya akuntansi yang didedah, namun juga akuntan (para
rausyan fikr) yang dengan kapabilitasnya mengkreasi akuntan. “..berarti pada dasarnya akuntan seharusnya
menjadi perwakilan yang tertindas di dalam masyarakat ekonomi, yang dalam
posisi tersebut berperan untuk memberi kepastian terpenuhinya hak-hak
stakeholders secara adil sesuai ketentua Tuhan”.
Pernyataan ini sudah tentu memberikan sebuah opsi opini atas
netralitas atau bahkan profesionalitas akuntan. Jika selama ini, akuntan
dipandang sebagai pihak yang memberikan informasi yang netral untuk keperluan economi decision making, maka penulis
berkeyakinan sebaliknya. Akuntan justru harus berpihak (tidak netral) pada
pihak yang lemah. Implikasinya, sebagaimana dipaparkan dalam buku ini, akuntan
akan mampu memandang IFRS sebagai sebuah
doxa atau penjajahan terselubung
untuk kepentingan pemodal”. *Dr. Ir. Aji
Dedi Mulawarman, MSA. (Dosen Jurusan Akuntansi FEB Univ. Brawijaya, Ketua Umum
Dewan Pimpinan Nasional Forum Dosen Ekonomi & Bisnis Islam).
“…penjelajahan akademik telah dilakukan oleh penulis baik
dalam ranah keilmuan akuntansi itu sendiri maupun dalam ranah keilmuan agama. Buku
ini dihadirkan untuk memberikan wacana berbeda dengan melakukan dekonstruksi ideology,
sehingga dapat menempatkan Tuhan sebagai pusat kuasa akuntansi”. **Prof. Dr. Unti Ludigdo, S.E., AK. M.Si.,
CA. (Ketua Program Studi S3 Ilmu Akuntansi FEB Univ. Brawijaya).
“…buku ini memberikan kontribusi penting dalam rangkaian
usaha membangun Akuntnsi Islam. Buku ini sangat bermanfaat bagi siapa saja yang
dengan serius ingin membangun praktik akuntansi yang berakar pada nilai-nilai
kehidupan insani”. ***Prof. Eddy R.
Rasyid, Ph.D., Ak., CA. (Guru Besar Ilmu Akuntansi Univ. Andalas).
0 komentar:
Posting Komentar