| one article - one struggle |

Sabtu, 12 Maret 2016

Ideologi Akuntansi Islam: Sinopsis Isi Buku



Satu hal yang patut diapresiasi saat ini, adalah muncul dan mulai berkembangannya wacana pedagogi kritis, termasuk di Indonesia, meskipun bisa dikatakan percikan-percikan gugatan tersebut belumlah sepenuhnya membahana. Akan tetapi, tak cukup hanya dalam bentuk apresiasi, tapi perlu didorong dan didukung  dalam berbagai hal. 

Namun ada satu hal yang mengganjal, yang patut dijadikan perhatian pula, yakni kehadiran dan ‘ketersediaan’ ilmu-ilmu yang berpradigma kritis, saat ini belum juga memperlihatkan tanda-tanda kesuburan. Sebab kita tahu, bahwa, tak cukup hanya dengan pedagogi yang berkarakter revolusiner, tapi perlu kiranya dijembatani pula dengan corak ilmu yang berkarater revolusioner pula. Sebab sungguh sangat ganjal rasanya, saat metode pedagogi kritis dipakai justru untuk mewacanakan ilmu yang berkarater  penindasan. Begitupun sebaliknya, ilmu dengan berpradigma kritis justru diajarkan dalam ruang-ruang pedagogi yang menindas. Saya rasa dua hal tersebut adalah pekerjaan intelektual bagi kita bersama, menanti.
---------

 
Sinoposis Isi Buku:
Judul: Ideologi Akuntansi Islam
Penulis: -    Alimuddin
                    -   Muhammad Ruslan 
Penerbit: Rajawali Pers
Tahun terbit: 2016 






Orang-orang pergi ke kuil mereka, demi menemui-Ku, betapa sederhana dan bodohnya
anak-anak-Ku, yang berpikir bahwa Aku ada dalam pengasingan.
Mengapa mereka tidak datang dan menemui-Ku, dalam prosesi kehidupan, dimana Aku
selalu hidup, di tanah pertanian, pabrik dan pasar, dimana Aku mendorong mereka yang
mencari nafkah dengan keringat di keningnya?.
Mengapa mereka tidak datang menyambut-Ku, di gubuk-gubuk si miskin, dan
menjumpai-Ku dengan memberi si miskin dan orang yang membutuhkan dan menghapus
air mata janda-janda dan yatim piatu?, Mengapa mereka tidak datang menyambut-Ku di
antara orang-orang tertindas?...
Aku yakin mereka tidak pernah kehilangan diri-Ku, jika mereka berusaha menemui diri-
Ku, di dalam keringat dan perjuangan hidup dan dalam air mata dan tragedi orang
miskin.
(Syair: Khusdeva Singh, 1974) dalam buku, Bab 3, hal 41.

Karya sederhana ini sebenarnya merupakan wujud keresahan penulis setelah bertahun-tahun bergelut dengan dunia akuntansi konvensional . Bermula dari keresahan itulah, hingga penulis tuangkan dalam bentuk proposisi-proposisi yang berbentuk kalimat. 

Tulisan ini mencoba mempersepsi akuntansi sebagai realitas disiplin ilmu dalam kerangka paradigma teologi pembebasan. Secara metodologis merupakan akumulasi pemikiran kritis dalam upaya dekonstruktif terhadap kemapanan akuntansi konvensional, yang selama ini bertendensi kuat dengan kapitalisme. Teologi pembebasan sebagai  konsepsi dasar yang mendasari akuntansi secara filosofis, berpijak dan berpangkal pada kesadaran Tuhan. Meniscayakan pola dialogis dalam konstruksi teoritis doktrinal antara Islam sebagai ideologi, dengan akuntansi sebagai realitas disiplin ilmu.

Upaya membangun sebuah perspektif baru terhadap akuntansi yang berdasar pada prinsip emansipatif, liberatif, humanis, ekologis, dan berkesadaran transendental, dengan menerjemahkan makna-makna akuntansi dalam kerangka filosofis teologi pembebasan. Elaborasi antara akuntansi  dengan wahyu, dibangun dalam kerangka doktrinal filosofis, yang melibatkan penyerapan makna secara ontologis, epistemologis, metodologis, dan aksiologis, dalam bangunan struktur pengideologisasian Islam dalam akuntansi. Dengan akan terciptanya bangunan ilmu akuntansi yang hidup, hudus, serta berkiblat pada khittahnya sebagai risalah suci dalam menegakkan nama-nama Tuhan dalam laporan keuangan.

Dalam akuntansi konvensional dipersepsi, bukan hanya sebagai gagasan yang bebas nilai, bukan pula sekadar pengetahuan instrumental (mencatat dan melaporkan), melainkan di balik sebuah tampakan instrumental, tersimpan jiwa yang lebih substansial, yakni nilai dan ideologi bersemayam di balik pengaturan akuntansi. 

Wujud perampasan hak serta ketidakadilan yang terjadi dalam masyarakat, merupakan wujud bagaimana akuntansi memainkan peran ideologis dalam menampakkan hak. Kuasa struktur akuntansi konvensional (kapitalisme) hadir dengan taring yang menghisap kesadaran kemanusiaan. Mempertemukan interaksi bisnis dalam pola-pola dominatif, dan menciptakan marginalisasi lewat laporan keuangan. 

Disinilah relevan dekonstruktif akuntansi Islam pembebasan, setelah berelaborasi dengan konsep teologi pembebasan, merepresentasikan ideology akuntansi Islam dalam memainkan perannya sebagai ajaran pembebas. 

Upaya pembebasan secara ontologis, merupakan upaya filosofis untuk menggagas kesadaran Tuhan dalam akuntansi sebagai hakikat dari realitas itu sendiri, dengan menempatkan Tuhan sebagai pusat akuntansi.
Tinjauan metodologis, menerjemahkan makna tauhid sebagai kesatuan realitas Tuhan, manusia dan alam, dalam bingkai kesadaran sistem. Ditempatkan sebagai struktur yang memiliki kuasa dalam membentuk kesadaran agen.

Tinjauan epistemologis merupakan landasan dalam mempersepsi realitas yang meliputi uraian makna kebenaran pengetahuan dalam pola kemanunggalan, melibatkan terjemahan makna akal, rasa, dan karsa dalam akuntansi. 

Sedangkan tinjauan aksiologis, menekankan tafsir ideologis dalam kerangka normatif. Aksiologis ini adalah sisi konkretisasi teoritis untuk turun dalam ranah praktis, sebagai ideologi. Mengambil perannya, dalam mewujudkan tatanan akuntansi yang berkeadilan. Akuntansi islam pembebasan hadir untuk mendistribusikan nilai, yang selama ini tersumbat dan tertahan dalam dan oleh akuntansi kapitalisme, dalam bentuk surplus value, yang menjadi sumber penindasan.

Makna surplus value kemudian disucikan sebagai zakat yang merepresentasikan hak masyarakat lemah, yang selama ini terpinggirkan dalam peradaban akuntansi kapitalisme. Model pendistribusian hak menjadi dasar dalam menciptakan jaringan kuasa altruisme dalam akuntansi, memengaruhi keseluruhan realitas agen dan struktur-struktur social. Penyucian struktur akuntansi akan mendorong penyucian realitas secara konstruk yang merepresentasikan pencapaian nilai akuntansi islam yang bersandar pada Tuhan (falah), dengan menempatkan akuntansi sebagai struktur manifestasi sifat Tuhan di muka bumi dalam menampakkan yang hak dan batil (Tuhan Maha Mencatat). Untuk menegakkan keadilan, menjaga keseimbangan alam dan social.

Penulis
------------




Sambutan atas buku:

“…perkembangan praktik selalu disertai dengan perkembangan dialektika keilmuan, tak terkceuali akuntansi Islam. Buku ini mencoba memapakan diskursus epistemologi yang sangat terstruktur dan mudah dipahami, bahkan bagi pemula. Penempatan paradigm barat vis a vis paradigma tauhid, memberikan kejelasan perbedaan fundamental, bahwa akuntansi Islam bukan sekadar teknik, namun membawamu atas nilai, yang tidak sama dengan konsep value laden pada paradigma modern barat. 

Pendedahan pandangan Islam tentang kosmologi, menjadi titik tolak diskusi epistemology dalam buku ini. Pandangan ini menjadikan paradigma tauhid utuh, karena Tuhan, alam dan ilmu adalah kesatuan yang tidak terpisah. Buku ini dengan gambang menjelaskan pula sejarah perpindahan paradigma, serta alasan-alasan yang menjadi sebab mengapa paradigma yang utuh ditinggalkan demi modernitas dan demi suburnya kapitalisme. Tampak usaha keras penulis untuk mengaitkan paradigma tauhid ini dengan konsep ekonomi hingga akuntansi Islam.

Tidak hanya akuntansi yang didedah, namun juga akuntan (para rausyan fikr) yang dengan kapabilitasnya mengkreasi akuntan. “..berarti pada dasarnya akuntan seharusnya menjadi perwakilan yang tertindas di dalam masyarakat ekonomi, yang dalam posisi tersebut berperan untuk memberi kepastian terpenuhinya hak-hak stakeholders secara adil sesuai ketentua Tuhan”.

Pernyataan ini sudah tentu memberikan sebuah opsi opini atas netralitas atau bahkan profesionalitas akuntan. Jika selama ini, akuntan dipandang sebagai pihak yang memberikan informasi yang netral untuk keperluan economi decision making, maka penulis berkeyakinan sebaliknya. Akuntan justru harus berpihak (tidak netral) pada pihak yang lemah. Implikasinya, sebagaimana dipaparkan dalam buku ini, akuntan akan mampu memandang IFRS  sebagai sebuah doxa atau penjajahan terselubung untuk kepentingan pemodal”. *Dr. Ir. Aji Dedi Mulawarman, MSA. (Dosen Jurusan Akuntansi FEB Univ. Brawijaya, Ketua Umum Dewan Pimpinan Nasional Forum Dosen Ekonomi & Bisnis Islam).

“…penjelajahan akademik telah dilakukan oleh penulis baik dalam ranah keilmuan akuntansi itu sendiri maupun dalam ranah keilmuan agama. Buku ini dihadirkan untuk memberikan wacana berbeda dengan melakukan dekonstruksi ideology, sehingga dapat menempatkan Tuhan sebagai pusat kuasa akuntansi”. **Prof. Dr. Unti Ludigdo, S.E., AK. M.Si., CA. (Ketua Program Studi S3 Ilmu Akuntansi FEB Univ. Brawijaya).

“…buku ini memberikan kontribusi penting dalam rangkaian usaha membangun Akuntnsi Islam. Buku ini sangat bermanfaat bagi siapa saja yang dengan serius ingin membangun praktik akuntansi yang berakar pada nilai-nilai kehidupan insani”. ***Prof. Eddy R. Rasyid, Ph.D., Ak., CA. (Guru Besar Ilmu Akuntansi Univ. Andalas).

0 komentar:

Posting Komentar