| one article - one struggle |

Senin, 25 Februari 2019

Baju Wisuda

Wisuda, Wincung, dan Wisatawan Sekolah. hahaha.

Tidak seperti foto-foto perpisahan siswa-siswa di Barat pada umumnya. Biasanya, dalam sesi foto, maka para siswa biasanya berbaris sesuai dengan urutan perangkingan. Tempat duduk paling depan disamping kiri kanan sang guru biasanya diisi oleh siswa-siswa yang dianggap terbaik.  Dan itu sangat sakral.

Berbeda dari itu semua. foto di atas tidak demikian. Mereka yang mengapit saya sebaliknya, kadang-kadang saya ingin mengatakan, bahwa mereka adalah anak-anak juara juga. Tapi juaranya dalam hal buku hitam, tiada tandingannya. haha.

foto ujian kenaikan sabuk. wkwkw. dari kiri Vinky Taekwondo, yang baju putih Pelatih dari Padepokan Silat, Egan Wincung, Steven kungfu. haha.

Coba lihat. Betapa aura bakat terpendam mereka sangat nampak. Anak-anak yang sangat terobsesi dalam dunia persilatan itu, tahu-tahunya mengambil jurusan yang membosankan; akuntansi. Hahaha. Coba lihat, ditengah sesi fotopun mereka tetap mengacungkan tangan silat wincung. Hahaha.

Waktu ingin memulai sesi foto, ketika  para siswa dipersilahkan untuk menempati kursi di depan. Dengan sigap anak-anak dengan bakat buku hitam dan persilatannya itu, begitu cepat tak tertandingi mengambil posisi di depan. Lihat foto pertama. hehe. Saya mahfum dan hanya bisa tertawa melihatnya.

Mereka adalah anak-anak yang dikaruniai bakat dan kepercayaan diri yang sangat tinggi. Hanya saja  barangkali ia salah jurusan. Ckckck. Di kelas pun demikian. Saya kadang-kadang menyebut mereka seabgai wisatawan sekolah. Datang mau-mau dia, duduk, saling mengerjai, ribut, makan-minum, bermain sampai puas, lalu pulang. Begitu seterusnya. Sesekali dapat SP itu uda biasa. Paradoksnya bahwa mereka tetap bahagia dengan itu semua. hahaha.

Sekarang tiga tahun, ia lewati. Baginya kayaknya, ya biasa-biasa aja. Toh, silat wincung tetap dihati ketimbang menghitung harga pokok produksi. Hehe. Itupun, jangan tanya silat uda sabuk berapa? Hmm. Semua hanya ada dilevel imajinasi.

Wajah sumringah mereka pun berbeda dari kawan-kawannya yang lain. Para siswa yang lain, bahagia karena telah berhasil menuntaskan jenjang pendidikan menengah kejuruan. Kalau mereka, kayaknya bukan itu soalnya. Bagi mereka wisuda adalah puncak pembebasan tertinggi dari belenggu sekolah. Mereka barangkali mengaggap wisuda adalah perayaan atas keterbebasan dari ketidakbetahan hidup di alam sekolah.

Berbeda dengan siswaku, para laki-laki yang dibelakang. Dalam hal penerimaan terhadap budaya dan aturan persekolahan, mereka cukup kompromistis. Begitupun dalam pelajaran. Tak banyak tingkah pokoknya. Dan beberapa di antaranya cukup lumayan untuk ukuran akademik. Meski beberapa juga diantaranya mirip wisatawan sekolah tadi. Ya….menganggap sekolah sebagai tempat menghbaiskan umur, menghabiskan sisa-sisa remaja barangkali. Bedanya, bahwa ia tidak banyak bertingkah. Tidak pernah melanggar. Proud!. Hahaha.


bersama Tio, dan seorang penyusup bernama A Li

Sedangkan para srikandi-srikandinya. Rata-rata sudah pandai buat alis pokoknya. Wkwkw. Saya kurang tahu, hal itu ia pelajari dimana, kurang tahu juga. Sebab setahu saya, kami tak pernah mengajarkan hal itu di sekolah. Tapi, bagus loh, alis buatannya pun emang keren-keren. Sangat balance layaknya balance sheet dalam akuntansi. Hahaha.

Waktu sesi foto tadi, saya berujar ke photographer-nya agar dipercepat. Takutnya baju wisuda yang membuat gerah itu, bisa-bisa membuat bedak mereka pada luntur. Kan kasian, waktu berdandang yang dihabiskan tidak singkat loh…

vina, charlene, dkk. foto sehabis merampungkan lingkaran alis dengan perfect. haha

caption sama dengan yang di atas. hehe.

Dan tidak seperti dengan siswa laki-laki pada umumnya malu-malu untuk berfoto. Para siswa srikandi-srikandi millenial ini, sangat aktif. Hehe. Seperti mengafirmasi bahwa inovasi ponsel berkamera depan memang diciptakan untuk kaum perempuan. Haha. Untungnya tadi, mereka tidak melakukan boomerang di tengah-tengah sesi foto. Ampun, itu barangkali akan jadi pengalaman memalukan bagi saya ketika saya harus ikut hal demikian. Hahahaha.

Veno sang gigi harimau, asisten dan ketua kelas, bersama teman-temannya mengabadikan fungsi kamera depan handphone..haha.

Tapi apapun itu. melihat mereka memakai baju wisuda itu. Sangat membanggakan. Entah, itu baju wisuda yang ke berapa yang ia pakai. Bisa jadi itu yang ketiga ataupun keempat. Sejak TK hingga SMK. Jauh lebih baik, ketimbang saya. Yang sejak sekolah sampai sarjana tidak pernah punya pengalaman memakai baju seperti itu. hahaha.

Dan apapun itu. Doa terbaik untuk kalian semua. _/\_

Terakhir. saatnya mengabsen satu-satu....
dari kiri belakang ke kanan. yogi, djaya, joy, salim, tio, ricky, rudy, miko, john, whisly, sherina, haryana, eju, veno, dewi, eve, vina, charlene, wenny, devih, shella, Jeje, Marthi, sunarti, risma, jollyn, longli, aurel, steven, saya?, eagan, vinky. XII Akuntansi SMK Maitreyawira Batam.




0 komentar:

Posting Komentar