![]() |
sumber gambar: http://werdi-iir.blogspot.co.id |
PAGI tadi ada yang berbeda. Sekawanan burung yang biasanya
bertengger dan berikcau di ranting pohon ini, sudah tak ada. Aku hampir lupa,
tentang kemarin.
Kemarin. Aku menyaksikan. Sekawanan burung itu telah terbang pergi. Ia sudah berlepas dari sangkar suci yang mengungkungnya selama
ini. Ada senyum kebebasan yang terpancar. Rasa terbebas dari sangkar yang sudah
lama dinanti-nantikannya selama ini.
Tapi, tunggu…
Aku melihat ada satu-dua pasang air mata yang menetes. Ada jejak
kesedihan yang tersisa bercampur ketakutan menanti.
Kesedihan dan ketakutan pada mereka yang paham. Bahwa hidup
adalah sangkar. Manusia berlepas dari sangkar satu ke sangkar yang lainnya. Suatu sangkar
yang bernama kehidupan. Yang di dalamnya ada kesedihan yang terselip dari
proses mencari kebahagiaan.
Kemarin. Burung-burung itu telah berkumpul merayakan
kepergiaannya. Berpencar untuk melanjutkan perjalanan masing-masing. Perjalanan
tentang pencarian garis kehidupan masa depan. Siapa dan kemana mesti berlabuh
dan bertengger untuk kehidupan yang baru..
Mereka-mereka yang tak terkecuali, adalah burung-burung yang
diistilahkan sebagai burung rantau oleh Romo Mangun. Mereka yang lahir untuk
pergi selamanya.
Beberapa di antaranya mengabadikan kenangan. Suatu kenangan
akan ingatan masa lalu yang dikemas rapi. Jawaban saat-saat tiba masanya ketika
kesadaran membuat dirinya kembali jatuh cinta pada masa lalunya.
Suatu jedah sebeum tiba suatu waktu di masa akan datang. Ketika
masing-masing dari mereka akan menyadari. Bahwa semuanya telah berubah.
Semuanya telah berganti dengan rasa canggung. Semuanya sudah
membisu. Ada jarak yang merentang lebar yang siap memisahkan semuanya.
syair ini harus digubah menjadi sebuah lagu bung :)
BalasHapusSiappp.. haha
BalasHapus